Perkembangan obat alami sekarang ini sedang melesat. Banyak orang yang beramai-ramai mengklaim tentang khasiat suatu tanaman untuk mengobati suatu jenis penyakit tertentu tanpa dasar ilmiah yang jelas. Hal inilah yang mendorong dilakukannya banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan khasiat dan keamanan dari suatu jenis tanaman yang diklaim sebagai obat tertentu.
Tentu saja akhir-akhir ini yang paling gencar adalah mengenai obat kanker. masih kita ingat bahwa beberapa waktu yang lalu tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) disebutkan oleh berbagai pihak mampu mengobati kanker, sebelumnya tanaman yang terkenal dapat mengobati kanker antara lain kunyit (Curcuma domestica) maupun benalu. Namun, perlu kita ketahui bahwa penyebab kanker adalah beragam sehingga dalam pengobatannya tidak bisa didasarkan dari satu aspek saja. Misalnya : kunyit mengandung senyawa kurkuminoid yang memang bisa meredakan gejala inflamasi (peradangan) dan kanker sendiri terkait dengan munculnya reaksi inflamasi itu sendiri di dalam tubuh. Tetapi,pengobatan dengan tanaman kunyit tidaklah mencukupi untuk melawan sel-sel kanker yang berkembang dengan pesat di dalam tubuh. Kita memerlukan senyawa lain (dari tanaman lain) yang mendukung upaya pencegahan penyebaran kanker itu sendiri. Efek yang dihasilkan ini disebut sebagai efek komplementer, yaitu efek terapi dengan menggabungkan penggunaan beberapa senyawa yang saling mendukung dalam upaya pencegahan suatu penyakit namun melalui mekanisme yang berbeda.
Berbeda halnya dengan efek komplementer, ada pula yang disebut dengan efek sinergisme di mana penggunaan beberapa senyawa dari tanaman yang sama ataupun berbeda akan menghasilkan efek yang sama karena mekanismenya dalam upaya pencegahan suatu penyakit juga sama. Salah satu contohnya adalah kandungan garam Kalium dan Flavonoid (sinensetin) yang terdapat dalam tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus) sama-sama bersifat sebagai diuretik sehingga dapat melancarkan buang air kecil.
Selain kedua efek di atas juga terdapat efek kontraindikasi yang harus kita hindari jika ingin mengobati suatu penyakit. Efek kontraindikasi ini bisa terdapat dalam satu tanaman maupun dalam tanaman lain yang sama-sama digunakan dalam satu sediaan. Khusus dalam produksi suatu sediaan obat herbal, perlu dicermati benar-benar cara ekstraksi bahan berkhasiat yang akan dituju. Jangan sampai kita salah mengekstraksi bahan baku kita sehingga zat aktif yang kita dapatkan bukanlah zat aktif yang kita maksud. Contoh dari efek kontraindikasi adalah senyawa antrakinon dan tanin yang terdapat pada kelembak (Rheum officinale). Antrakinon bersifat sebagai laksansia (urus-urus) sedangkan taninnya bersifat sebagai antidiare. Hal ini juga akan mempengaruhi bagian tanaman yang akan digunakan sebagai bahan baku. Kita harus tahu juga bagian mana yang mengandung banyak tanin dan bagian mana yang mengandung banyak antrakinon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar