Rabu, 18 November 2009

PRAKTIKUM KOSMETIKA ALAMI

Technorati Tags:

Ternyata untuk membuat kosmetika yang baik itu susah dan membutuhkan sense of arts tersendiri. Saat praktek membuat sediaan kosmetik tadi malah terasa seperti belajar memasak, campur ini campur itu apalagi bahan-bahan yang digunakan adalah bahan yang biasa digunakan untuk memasak seperti minyak, susu, gula, jus buah-buahan, sampai oatmeal.

Waktu tadi membuat body scrub, yang ada di bayangan sepertinya gampang sekali karena petunjuk cara kerjanya hanya tinggal campur semua bahan-bahan yang ada, namun hasil yang diperoleh benar-benar jauh dari perkiraan, konsistensi scrub yang dihasilkan masih terlalu encer sehingga aneh rasanya kalau tetap digunakan sebagai scrub walaupun bentuknya sudah menyerupai scrub asli.

Waktu membuat sabun cair malah lebih parah. Ternyata konsentrasi KOH yang diperlukan untuk membuat sabun harus besar padahal kami hanya menggunakan 1% KOH sebanyak 8 ml, tentu saja tidak ada reaksi saponifikasi yang terjadi, yang ada produk kami malah seperti hand sanitizer..

Produk yang paling lumayan adalah cream, kenapa hanya lumayan??? ya karena emulsi yang terbentuk masih sedikit kurang sempurna namun masih bisa dianggap sebagai cream karena konsistensinya sudah cukup cair..

Ya,walaupun masih gagal untuk membuat produk kosmetik sendiri tapi impian untuk mendirikan salon dan spa sendiri dengan bahan-bahan buatan sendiri tetap jalan…

Jumat, 13 November 2009

EFEK KOMPLEMENTER, SINERGISME DAN KONTRAINDIKASI

Perkembangan obat alami sekarang ini sedang melesat. Banyak orang yang beramai-ramai mengklaim tentang khasiat suatu tanaman untuk mengobati suatu jenis penyakit tertentu tanpa dasar ilmiah yang jelas. Hal inilah yang mendorong dilakukannya banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan khasiat dan keamanan dari suatu jenis tanaman yang diklaim sebagai obat tertentu.

Tentu saja akhir-akhir ini yang paling gencar adalah mengenai obat kanker. masih kita ingat bahwa beberapa waktu yang lalu tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) disebutkan oleh berbagai pihak mampu mengobati kanker, sebelumnya tanaman yang terkenal dapat mengobati kanker antara lain kunyit (Curcuma domestica) maupun benalu. Namun, perlu kita ketahui bahwa penyebab kanker adalah beragam sehingga dalam pengobatannya tidak bisa didasarkan dari satu aspek saja. Misalnya : kunyit mengandung senyawa kurkuminoid yang memang bisa meredakan gejala inflamasi (peradangan) dan kanker sendiri terkait dengan munculnya reaksi inflamasi itu sendiri di dalam tubuh. Tetapi,pengobatan dengan tanaman kunyit tidaklah mencukupi untuk melawan sel-sel kanker yang berkembang dengan pesat di dalam tubuh. Kita memerlukan senyawa lain (dari tanaman lain) yang mendukung upaya pencegahan penyebaran kanker itu sendiri. Efek yang dihasilkan ini disebut sebagai efek komplementer, yaitu efek terapi  dengan menggabungkan penggunaan beberapa senyawa yang saling mendukung dalam upaya pencegahan suatu penyakit namun melalui mekanisme yang berbeda.

Berbeda halnya dengan efek komplementer, ada pula yang disebut dengan efek sinergisme di mana penggunaan beberapa senyawa dari tanaman yang sama ataupun berbeda akan menghasilkan efek yang sama karena mekanismenya dalam upaya pencegahan suatu penyakit juga sama. Salah satu contohnya adalah kandungan garam Kalium dan Flavonoid (sinensetin) yang terdapat dalam tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus) sama-sama bersifat sebagai diuretik sehingga dapat melancarkan buang air kecil.

Selain kedua efek di atas juga terdapat efek kontraindikasi yang harus kita hindari jika ingin mengobati suatu penyakit. Efek kontraindikasi ini bisa terdapat dalam satu tanaman maupun dalam tanaman lain yang sama-sama digunakan dalam satu sediaan. Khusus dalam produksi suatu sediaan obat herbal, perlu dicermati benar-benar cara ekstraksi bahan berkhasiat yang akan dituju. Jangan sampai kita salah mengekstraksi bahan baku kita sehingga zat aktif yang kita dapatkan bukanlah zat aktif yang kita maksud. Contoh dari efek kontraindikasi adalah senyawa antrakinon dan tanin yang terdapat pada kelembak (Rheum officinale). Antrakinon bersifat sebagai laksansia (urus-urus) sedangkan taninnya bersifat sebagai antidiare. Hal ini juga akan mempengaruhi bagian tanaman yang akan digunakan sebagai bahan baku. Kita harus tahu juga bagian mana yang mengandung banyak tanin dan bagian mana yang mengandung banyak antrakinon.

Kamis, 12 November 2009

Morfologi Tanaman

Tanaman sebagai salah satu dari bahan baku utama obat herbal memiliki kekhasan dari bentuk, ukuran, dan kenampakan. Ciri-ciri ini dapat dilihat dari pengamatan secara anatomi dan morfologi bentuknya.

Matakuliah anatomi tumbuhan di pelajari pada semester 1 di FBA, sedangkan kuliah morfologi tumbuhan dipelajari pada semester 3. mata kuliah ini juga didukung oleh praktikum sehingga kita bisa langsung mengamati dan membedakan ciri khas dari masing-masing tanaman dan bagiannya.

Menurut saya, mata kuliah ini cukup menyulitkan terlebih untuk saya yang basic-nya tidak terlalu menyukai tanaman. Namun, semakin lama saya mempelajari mata kuliah lain yang sangat erat kaitannya dengan tanaman maka mau tidak mau justru mata kuliah ini yang menjadi dasar saya dalam mengenali setiap jenis tanaman. Setidaknya dari 2 mata kuliah ini saya muulai mengenali tentang sistem taksonomi tanaman, nama-nama latin (ilmiah) tanaman, jadi sekarang kalau mau berbicara tentang suatu tanaman malah lebih mudah jika langsung menggunakan nama latinnya bukan nama daerahnya, soalnya nama daerah di suatu tempat bisa sangat berbeda dengan tempat lain.

Senin, 09 November 2009

PENDAHULUAN

Technorati Tags:

Selamat datang di blog saya..

Saya membuat blog ini berdasarkan pengetahuan saya tentang obat-obat herbal karena saya memang sedang kuliah di jurusan Farmasi Bahan Alam UGM Yogyakarta.

Blog ini saya buat untuk sharing pada orang lain tentang obat alam yang saat ini sedang berkembang di masyarakat Indonesia pada umumnya.

Kuliah yang saya ambil ini mencakup banyak tentang obat-obat alam, mulai dari dasarnya yaitu pengetahuan tentang biologi sel, anatomi fisiologi dan morfologi tumbuhan, cara budidaya tanaman obat, analisis kandungan tumbuhan obat, standarisasi obat alam, hingga teknologi pasca panen..

Selain mata kuliah yang berhubungan dengan tanaman obat itu sendiri, kuliah di FBA juga mencakup tentang penyakit2nya dan pola pengobatannya,hal ini dipelajari pada mata kuliah farmakologi dan fitoterapi.

hal yang paling mengasyikkan dari kuliah-kuliah di FBA antara lain saya juga mendapatkan kuliah tentang kosmetika alami dan aromaterapi sehingga saya bisa menerapkan apa yang saya peroleh di kuliah dalam kehidupan saya sehari-hari, seperti membuat sediaan kosmetika sendiri dan menggunakan aromaterapi di kamar untuk membuat tidur saya semakin nyenyak..